Senin, 07 September 2020

TRANSDUCER

A.   Pengertian Transducer dan Jenis-jenisnya

Pengertian Transducer (Transduser) dan Jenis-jenisnya – Transducer (Transduser) adalah suatu alat yang dapat mengubah suatu bentuk energi ke bentuk energi lainnya. Bentuk-bentuk energi tersebut diantaranya seperti Energi Listrik, Energi Mekanikal, Energi Elektromagnetik, Energi Cahaya, Energi Kimia, Energi Akustik (bunyi) dan Energi Panas. Pada umumnya, semua alat yang dapat mengubah atau mengkonversi suatu energi ke energi lainnya dapat disebut sebagai Transduser (Transducer).

 

B.   Jenis-jenis Transducer

Berdasarkan Fungsinya, Transduser terbagi menjadi 2 jenis yaitu Transduser Input dan Transder Output. Hampir semua perangkat Elektronika terdapat kedua jenis Transduser tersebut. Berikut ini adalah Blok Diagram sederhana dari Transduser Input ke Transduser Output.




1.      Transduser Input (Input Transducer)

Transduser Input merupakan Transduser yang dapat mengubah energi fisik (physical energy) menjadi sinyal listrik ataupun Resistansi (yang kemudian juga dikonversikan ke tegangan atau sinyal listrik). Energi fisik tersebut dapat berbentuk Cahaya, Tekanan, Suhu maupun gelombang suara. Seperti contohnya Mikropon (Microphone), Mikropon dapat mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik yang dapat dihantarkan melalui kabel listrik. Transduser Input sering disebut juga dengan Sensor. Berikut ini beberapa Komponen Elektronika ataupun perangkat Elektronika yang digolongkan sebagai Transduser Input :

a.       LDR (Light Dependent Resistor) mengubah Cahaya menjadi Resistansi (Hambatan).

b.      Thermistor (NTC/PTC) mengubah suhu menjadi Resistansi (Hambatan).

c.       Variable Resistor (Potensiometer) mengubah posisi menjadi Resistansi (Hambatan).

d.      Mikropon (Microphone) mengubah gelombang suara menjadi sinyal listrik.

 

2.      Transduser Output (Output Transducer)

Transduser Output merupakan Transduser yang dapat mengubah sinyal listrik menjadi bentuk energi fisik (Physical Energy). Seperti contohnya Loudspeaker, Loudspeaker mengubah sinyal listrik menjadi Suara yang dapat di dengar oleh manusia. Transduser Output sering disebut juga dengan istilah Actuator. Beberapa Komponen Elektronika atau Perangkat Elektronika yang digolongkan sebagai Transduser Output diantaranya adalah sebagai berikut :

a.       LED (Light Emitting Diode) mengubah listrik menjadi Energi Cahaya.

b.      Lampu mengubah listrik menjadi Energi Cahaya.

c.       Motor mengubah listrik menjadi Gerakan (motion).

d.      Heater mengubah listrik menjadi Panas.

e.       Loudspeaker mengubah sinyal listrik menjadi Suara.

 

C.   Penggabungan Transduser Input dan Output

Banyak Perangkat Elektronika yang kita pergunakan saat ini adalah gabungan dari Transduser Input dan Transduser Output. Dalam Perangkat Elektronika yang dimaksud ini terdiri dari Sensor (Transduser Input) dan Actuator (Transduser Output) yang mengubah suatu bentuk Energi menjadi bentuk energi lainnya dan kemudian mengubahnya lagi menjadi bentuk energi yang lain. Seperti contohnya Pengukur Suhu Badan (Termometer) yang mengkonversikan atau mengubah suhu badan kita menjadi sinyal listrik (Transduser input = Sensor Suhu) kemudian diproses oleh Rangkaian Elektronika tertentu menjadi Angka atau Display yang dapat dibaca oleh kita (Transduser Output = Display).

 

D.   Aplikasi Transduser

Berdasarkan Aplikasinya, Transduser dapat dibagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah :

1.      Transducer Electromagnetic, seperti Antenna, Tape Head/Disk Head, Magnetic Cartridge.

2.      Transducer Electrochemical, seperti Hydrogen Sensor, pH Probes.

3.      Transducer Electromechanical, seperti Rotary Motor, Potensiometer, Air flow sensor, Load cell.

4.      Transducer Electroacoustic, seperti Loadspeaker, Earphone, Microphone, Ultrasonic Transceiver.

5.      Transducer Electro-optical, seperti Lampu LED, Dioda Laser, Lampu Pijar, Tabung CRT.

6.      Transducer Thermoelectric, seperti komponen NTC dan PTC, Thermocouple.


Cara mengetahui atau mengecek kondisi transistor bipolar

 Cara mengetahui atau mengecek kondisi transistor bipolar (BJT)

Transistor bipolar merupakan komponen elektronika yang terdiri dari tiga lapis bahan semikonduktor, baik yang berjenis PNP maupun NPN. Transistor dapat dibayangkan seperti dua dioda yang terhubung membelakangi (back to back) saat diuji atau dicek dengan multimeter. Seperti yang diilustrasikan oleh gambar dibawah ini. hasil pembacaan resistansi rendah akan didapatkan bila ujung probe yang berwarna hitam(-) dihubungkan dengan basis yang bertipe N pada transistor PNP. Dan ujung probe yang berwarna merah(+) dihubungkan dengan kaki emitor, hasil yang sama (resistansi rendah) juga akan ditunjukkan bila ujung probe merah(+) dihubungkan dengan kolektor, dan ujung probe satunya (-) tetap terhubung dengan basis. Dan pembacaan hasil resistansi rendah ini disebut bias maju, dan begitu sebaliknya bila polaritas pengukuran dibalik, maka resistansi akan menunjukkan nilai yang begitu besar. Dan hasil resistansi yang begitu besar ini disebut bias mundur.


Pengecekan transistor PNP


Beberapa multimeter biasanya tidak hanya dilengkapi dengan Ohmmeter, tapi juga ada yang dilengkapi dengan fungsi khusus untuk dioda yaitu “dioda check”. Jika multimeter anda terdapat fungsi ukur khusus dioda, maka menggunakan itu akan lebih baik dari pada menggunakan ohmmeter. Dengan fungsi pengukuran khusus dioda tersebut kita bisa mengetahui tegangan maju yang sebenarnya pada persimpangan PN. Pada transistor NPN tentu saja hasil pembacaan multimeter akan sebaliknya, karena kedua persimpangannya menghadap kearah lain. Hasil pembacaan dengan nilai resistansi rendah akan didapat bila probe multimeter (ohmmeter) yang berwarna merah(+) tersebut berada pada kaki basis yang bertipe positif(+).

Jika kita menguji atau mengukur transistor dengan “dioda check” maka kita akan mengetahui kalau tegangan maju basis-emitor akan sedikit lebih besar dari tegangan maju basis-kolektor. Perbedaan tegangan maju ini dikarenakan adanya perbedaan konsentrasi dalam sebuah proses saat membuat transistor yang dinamakan doping(level doping). Perbedaan level doping antara emitor dan kolektor, dimana emitor terdiri dari bahan semikonduktor yang level dopingnya lebih tinggi daripada kolektor, menyebabkan drop tegangan maju emitor dengan basis, sedikit lebih tinggi atau lebih besar.

Mengetahui hal ini kita bisa menentukan atau mengetahui kawat atau kaki-kaki transistor. Hal ini penting karena biasanya kemasan transistor tidak standar, sehingga kita tidak bisa menentukan kaki-kaki transistor tersebut hanya secara fisik. Transistor memiliki tiga kawat atau kaki yang bernama emitor,basis, dan kolektor. Misalkan saja seorang teknisi ingin mengetahui kaki-kaki transistor menggunakan multimeter dengan fungsi khusus dioda(diode check). Teknisi tersebut mengukur dan mencatat hasil yang diperoleh dari pengukuran tiap pasang kaki transistor tersebut. Perhatikan gambar dibawah ini dan lihat hasil pengukurannya.

Transistor bipolar yang tidak diketahui. carilah kaki-kaki transistor tersebut, yang mana emitor, basis, dan kolektor?

Hasil pengukuran yang didapat pada tiap pasang kaki atau kawat transistor adalah sebagai berikut :

1.      Pada kawat 1(+) dan kawat 2(-) adalah “OL”.

2.      Pada kawat 1(-) dan kawat 2(+) adalah “OL”.

3.      Pada kawat 1(+) dan kawat 3(-) adalah “0,655 V”.

4.      Pada kawat 1(-) dan kawat 3(+) adalah “OL”.

5.      Pada kawat 2(+) dan kawat 3(-) adalah “0,621 V”.

6.      Pada kawat 2(-) dan kawat 3(+) adalah “OL”

 

Dari hasil pengukuran diatas tersebut yang menunjukkan tegangan maju adalah:

1.      kawat 1 dan 3, dimana kawat 1 dihubungkan dengan probe berwarna merah atau positif(+) dan kawat 3 yang dihubungkan dengan probe yang berwarna hitam(-), dan tegangan maju 0,655V.

2.      kawat 2 dan 3, dimana kawat 2 dapat probe positif dan kawat 3 dapat probe negatif. Dan tegangan maju 0,621 V.

 

Kedua tegangan maju tersebut merupakan drop tegangan maju dari persimpangan emitor-basis dan kolektor-basis. Karena kedua tegangan maju tersebut adalah hubungan kaki-kaki transistor dengan kaki basis transistor, maka jelas terlihat bahwa kaki atau kawat 3 adalah basis transistor itu. Dan dari hasil pengukuran diatas juga terlihat, kalau kedua tegangan maju tersebut terdiri dari kawat 1-3 dan kawat 2-3, dan kawat 3 yang merupakan basis transistor tersebut mendapatkan probe ukur warna hitam atau negatif (-), dan dari situ kita bisa menyimpulkan bahwa basis transistor merupakan bahan semikonduktor yang bertipe-N atau dengan kata lain transistor ini bertipe PNP dengan basis pada kawat 3, emitor pada kawat 1, dan kolektor pada kawat 2. (Seperti yang dijelaskan pada gambar dibawah ini).

Identifikasi transistor bipolar (BJT)

Jadi penting untuk diingat bahwa kaki basis transistor belum tentu kawat transistor yang berada ditengah. Hal ini memang cukup membingungkan bagi orang awam, namun satu-satunya cara untuk menentukannya adalah dengan multimeter(alat ukur) atau dengan referensi “lembar data” dokumentasi pabrikan transistor.

Meskipun transistor dapat dibayangkan seperti dua dioda yang terhubung back to back saat melakukan pengcekan dengan multimeter. Namun kenyataannya, dua dioda yang dihubungkan seperti transistor itu gagal atau tidak dapat digunakan sebagai perangkat penguat seperti transistor pada umumnya. Untuk menggambarkan paradoks ini, perhatikan gambar diagram sirkuit transistor sebagai saklar dibawah ini.

Ilustrasi aliran arus pada sambungan PN transistor

Sebuah panah diagonal yang berwarna abu-abu menunjukkan arah aliran elektron melalui emitor ke basis. Arah aliran elektron ini masuk akal, karena elektron mengalir dari emitor yang bertipe N ke basis yang bertipe P (bias maju). Namun pada persimpangan atau sambungan basis-kolektor ada masalah yang lain. Perhatikan panah abu-abu tebal yang menunjukkan arah aliran elektron dari basis ke kolektor. Arah aliran elektron ini jelas menunjukkan bias mundur, karena elektron mengalir pada basis yang bertipe P menuju ke kolektor yang bertipe N. Namun kenyataannya, pada persimpangan atau sambungan PN yang normal tidak akan membiarkan arah elektron mengalir pada mode bias mundur (setidaknya bila tidak ada perlawanan arus yang signifikan). Akan tetapi pada transistor yang jenuh menunjukkan kecilnya perlawanan terhadap elektron. Hal ini dapat dibuktikan dengan nyala lampu itu.

Mungkin jelas sudah kalau fungsi transistor tidak bisa digantikan dengan dua dioda yang dihubungkan seri secara back to back, karena persimpangan PN antara basis-kolektor dapat mengalirkan arus atau elektron pada reverse bias saat transistor jenuh, sedangkan dioda tidak bisa. Perhatikan gambar dibawah ini, yang menunjukkan dua dioda yang tidak bisa menggantikan transistor sebagai saklar, sehingga lampu tetap mati.

Sepasang dioda yang back to back tidak memiliki sifat seperti transistor

Dari gambar diatas kita bisa menyimpulkan, kalau transistor seperti dua dioda yang dihubungkan itu mungkin hanya sebuah gambaran dengan tujuan untuk mempermudah kita dalam pengujian transistor. Sebenarnya bagaimana prinsip dasar transistor itu bekerja? Pada bias mundur (reverse bias) sambungan basis-kolektor mencegah arus kolektor saat transistor dalam mode cutoff (ketika tidak ada arus basis). Dan jika sambungan basis-emitor menjadi bias maju oleh sinyal pengendali, transistor menjadi jenuh dan tindakan sambungan basis-kolektor yang tadinya memblokir/mencegah aliran arus akan berubah menjadi mengalirkan arus, meskipun arah aliran itu dalam bias mundur (reverse bias).

 Faktor level atau konsenstrasi doping lah yang telah memainkan bagian penting dalam kemampuan khusus yang dimiliki transistor, fakta ini dibuktikan lebih lanjut bahwa kolektor dan emitor tidak dapat di tukar. Bila sebuah transistor hanya digambarkan sebagai dua sambungan PN yang back to back, atau hanya sebagai lapisan PNP atau NPN yang polos, mungkin akan tampak seolah-olah kedua ujung transistor dapat berfungsi sebagai kolektor atau bisa juga sebagai emitor. Namun kenyataannya transistor tidak seperti itu, kolektor dan emitor tidak dapat ditukar, meskipun dalam kenyataannya lapisan emitor ataupun kolektor terbuat dari bahan atau jenis doping yang sama (baik N atau P), namun emitor dan kolektor tentu tidak sama secara identik.







Minggu, 06 September 2020

Menganalisis proses kerja pembuatan prototype produk barang/jasa

 PENGERTIAN PROTOTYPE PRODUK

Fenomena dewasa ini banyak manajer menjalankan Total Quality Management (TQM) sebagai prioritas untuk peningkatan dan pengendalian kualitas produk. Karena kualitas suatu produk berhubungan erat dengan kepuasan pelanggan (customer satisfaction) serta keuntungan industri. Dengan kualitas yang lebih tinggi akan menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, sekaligus mendukung harga yang lebih tinggi dan sering juga biaya lebih rendah.

Perhatian terhadap kualitas yang terbaik adalah bukan pada produk akhir. Hal ini penting agar produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan karena produk tersebut dibuang atau dikerjakan ulang. Maka sebaiknya perhatian terhadap kualitas harus dimulai pada saat awal pembangunan produk. Tahapan yang sangat penting dalam perencanaan awal pembuatan produk adalah pembuatan prototipe produk.

Prototipe produk (purwa–rupa produk) adalah bentuk dasar dari sebuah produk merupakan tahapan yang sangat penting dalam rencana pembuatan produk karena menyangkut keunggulan produk yang akan menentukan kemajuan suatu usaha di masa mendatang. Dikatakan sebagai tahapan yang sangat penting karena prototipe dibuat untuk diserahkan pada pelanggan (lead–user) agar pelanggan dapat mencoba kinerja prototipe tersebut. Selanjutnya jika pelanggan memiliki komplain ataupun masukan mengenai protipe tersebut maka industri mendokumentasikannya untuk proses perbaikan prototipe tersebut. Sehingga menciptakan suatu sistem inovasi produk yang dibangun bersama-sama antara industri dan pelanggan sebagai upaya pemenuhan kepuasan pelanggan (customers).

Sebagai bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama seperti jenis produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan proses sebenarnya ditujukan untuk pengetesan untuk menentukan apakah produk bekerja sesuai desain yang diinginkan dan apakah produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Prototipe seperti ini disebut alpha prototype ada juga yang disebut beta prototype yang dibuat dengan bagian yang disuplai oleh proses produksi sebenarnya, tetapi tidak rakit dengan proses akhir ditujukan untuk menjawab pertanyaan akan performance dan ketahanan uji untuk menemukan perubahan yang perlu pada produk final.

 

TAHAPAN-TAHAPAN PROTOTYPE

Berikut tahapan prototype:

§  Pendefinisian produk: merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum produk dan aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.

§  Working model: dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruhan dan dibuat pada skala yang seperlunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk dan menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Working model juga dibangun untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan prototipe rekayasa.

§  Prototipe rekayasa (engineering prototype): dibuat seperti halnya working model namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working model, dibangun mencapai tingkat kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototipe produksi atau untuk dilanjutkan pada tahapan produksi.

§  Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja operasional dan kebutuhan rancangan sistem produksi.

§  Prototipe produksi (production prototype): bentuk yang dirancang dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat menghasilkan data kinerja dan daya tahan produk dan part-nya.

§  Qualified production item: dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan yang diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.

§  Untuk mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil, maka produk perlu memasuki pasar untuk melihat ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung jawab, ketahanan dan kerusakan (wear–and–tear), pelanggaran, siklus break even dan polusi, dan konsekuensinya diperlukan peningkatan program pemasaran.

§  Model: merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look–like–models). Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan produk maupun lingkungan user.

§  Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun jangan sampai menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung resiko responden akan menyamakannya dengan produk akhir.

 

PENGERTIAN KEMASAN PRODUK

Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006:33).

Menurut Kotler & Keller (2009:27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010:132).

Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu produk biasanya dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat konsumen terhadap pembelian barang. Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada kemasan produknya dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama.


FUNGSI KEMASAN PRODUK

Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan pembungkus suatu barang sebab mereka menganggap bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebagai pembungkus, tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Simamora (2007) mengemukakan pengemasan mempunyai dua fungsi yaitu:

§  Fungsi Protektif

Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi, dan saluran distribusi yang semua berimbas pada pengemasan. Dengan pengemasan protektif, para konsumen tidak perlu harus menanggung risiko pembelian produk rusak atau cacat.

§  Fungsi Promosional

Peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan produk. Namun kemasan juga digunakan sebagai sarana promosional. Menyangkut promosi, perusahaan mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna, ukuran, dan penampilan.

Sedangkan menurut Kotler (1999:228), terdapat empat fungsi kemasan sebagai satu alat pemasaran, yaitu :

§  Self service. Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan, dimana kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung produk.

§  Consumer offluence. Konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik.

§  Company and brand image. Perusahaan mengenal baik kekuatan yang dikandung dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen mengenali perusahaan atau merek produk.

§  Inovational opportunity. Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga memberi keuntungan bagi produsen.

Selain berfungsi sebagai media pemasaran, kemasan juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu sebagai berikut:

§  Kemasan melindungi produk dalam pergerakan. Salah satu fungsi dasar kemasan adalah untuk mengurangi terjadinya kehancuran, busuk, atau kehilangan melalui pencurian atau kesalahan penempatan.

§  Kemasan memberikan cara yang menarik untuk menarik perhatian kepada sebuah produk dan memperkuat citra produk.

§  Kombinasi dari keduanya, marketing dan Logistik dimana kemasan menjual produk dengan menarik perhatian dan mengkomunikasikannya.

 

TUJUAN KEMASAN PRODUK

Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

§  Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan dan sebagainya.

§  Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan sebagainya.

§  Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan bersama dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan penanganan.

§  Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan transportasi, daur ulang, atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan atau label.

§  Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak secara fisik (menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam pencegahan pencurian. Paket juga termasuk memberikan kesempatan sebagai perangkat anti-pencurian.

§  Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan, penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan kembali.

§  Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong calon pembeli untuk membeli produk.

 

JENIS-JENIS KEMASAN

Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

§  Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu, botol minuman, dll).

§  Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya.

§  Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan, pengiriman atau identifikasi. Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan.

Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

§  Kemasan sekali pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng.

§  Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), kemasan jenis ini umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol minuman dan botol kecap.

§  Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Kemasan ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai. Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol.

Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

§  Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya.

§  Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastic.

 

PENGERTIAN SKETSA

Menurut Linda Murray dan Peter, Sketsa adalah rancangan kasar dari suatu komposisi atau sebagian komposisi dibuat demi kepuasan pribadi. Pada tahap ini ada beberapa hal yang menjadi acuan yaitu skala, perbandingan, komposisi, penyinaran dan lain sebagainya.Sementara menurut H.W Flower, Sketsa adalah begitu saja tanpa persiapan. Merupakan gambaran atau lukisan pendahuluan yang kasar, ringan dan semata-mata garis besar. Kegiatan menggambar sketsa pada dasarnya memerlukan alat dan bahan yang sangat sederhana untuk dapat membuat tanda goresan yang mewakili bentuk sesungguhnya.

Beberapa garis yang digoreskan pada bidang datar dapat memberikan suatu kesan simbol tentang bentuk yang ada di sekitar kita atau gagasan tentang sesuatu yang terlihat dan terlintas dalam benak seseorang. Dengan demikian pikiran dan perasaan dapat diungkapkan dalam bentuk visual melalui kegiatan menggambar, sehingga menggambar termasuk kegiatan mendasar dalam berkarya seni rupa.

Kegiatan menggambar sketsa dapat dianalogikan dengan kegiatan menulis. Ketika kita hendak menulis, sebelum dapat menulis kalimat yang baik kita cenderung menulis dan merangkai beberapa kata terlebih dahulu hingga diperoleh kalimat yang sesuai. Demikian pula halnya dengan kegiatan menggambar sketsa. Sebelum dapat membuat karya seni rupa yang utuh, umumnya para seniman membuat sketsa terlebih dahulu.

Menurut Fajar Sidik (1981) garis atau penggarisan merupakan unsur yang paling menonjol hakiki dalam seni lukis, akan tetapi pada dasarnya terdapat perbedaan antara sketsa dengan lukisan. Ada ungkapan yang menarik yang disampaikan oleh Kusnadi, seorang seniman dan kritikus seni rupa. Sketsa ibarat gesekan biola tunggal, sedangkan lukisan merupakan sebuah orkes yang lengkap. Ungkapan ini menyatakan dua hal, pertama, sketsa sebagai ungkapan estetis dihadirkan secara sangat sederhana karena menggunakan garis secara hemat dan selektif.

Umumnya sketsa dikerjakan dengan cepat dan secara spontan. Jika sketsa dibangun oleh unsur-unsur garis sebagai medium utamanya, lukisan merupakan ungkapan lengkap, dalam arti penyajiannya dibangun dengan menggunakan unsur-unsur lain, seperti tekstur, kedalaman/ruang, gelap-terang, dan warna di samping unsur garis. Bahkan, dalam lukisan unsur warna menjadi penting sebagai unsur tambahannya (Schinneller,1966). Sebagaimana halnya dengan karya lukisan, sketsa juga memiliki keragaman tema, gaya dan teknik pengungkapannya. Perbedaan yang mencolok hanyalah pada medium pengucapannya.

 

JENIS-JENIS SKETSA

§  Gambar garis besar yaitu sketsa yang membuat garis-garis bentuk sederhana tanpa rincian dan tidak selesai.

§  Sketsa cepat yaitu sketsa yang menggunakan beberapa garis saja untuk menampilkan citra suatu sketsa yang sudah selesai.

§  Studi citra yaitu sketsa yang berupa coretan dengan cepat dan kurang terperinci hanya menunjukan bentuk global.

 

KOMPOSISI UNSUR SKETSA

Komposisi memiliki peranan penting dalam terciptanya sebuah sketsa yang bagus. Komposisi atau susunan unsur-unsur dalam seni rupa harus berada pada perbandingan yang tepat agar dihasilkan karya yang pas. Adapun unsur-unsur dalam sketsa antara lain :

§  Garis – Garis adalah unsur yang memiliki peran utama di dalam membentuk komposisi. Jenis garis yang dapat membentuk komposisi : komposisi garis lurus; komposisi garis lengkung.

§  Warna – Meskipun umumnya sketsa terdiri dari satu jenis warna, akan tetapi pengaturan komposisi warna pada objek sktesa sangat diperlukan agar memberikan kesan harmonis. Komposisi warna pada sketsa umumnya diatur berdasarkan gelap terang pencahayaan.

§  Bidang dan bentuk – Bidang dan bentuk adalah unsur yang dibentuk melalui garis-garis yang disusun atau digores sedemikian rupa. Keharmonisan dari komposisi bentuk ditentukan dari berbagai faktor unsur-unsurnya yaitu simetris, asimetris, sentral, dan diagonal.

§  Efek pencahayaan – Unsur gelap terang merupakan pelengkap dalam pengkomposisian warna. Meskipun sketsa cenderung berupa gambar kasar yang tidak selesai, akan tetapi goresan-goresan yang dihasilkan kerap kali menghasilkan efek gelap terang sehingga sebuah objek dapat diamati dengan cukup jelas.

 

ATURAN DALAM MEMBUAT SKETSA

§  Membuat kerangka gambar yang terdiri dari garis-garis vertical, horizontal, maupun lengkung secara tipis.

§  Menggambar garis sekundernya, misalnya melukis kerangka kubus atau kotak dalam keadaan tipis

§  Menebalkan garis sketsa yang sudah benar. Ketebalan sesuai dengan karakter jenis garis yang diinginkan.

FUNGSI ATAU MANFAAT SKETSA

Senada dengan defenisinya, sktesa memiliki beberapa fungsi yaitu :

§  Untuk lebih memfokuskan gambaran atau gagasan tema

§  Meminimalisir kesalahan

§  Mempertajam pengamatan

§  Meningkatkan kemampuan koordinasi hasil pengamatan dan keterampilan tangan.

Jika Anda membaca ini, Anda mungkin sudah memiliki ide untuk produk. Ini mungkin sebuah sketsa sederhana di belakang serbet, 3D render, atau bahkan sepenuhnya fleshed bukti dari konsep. Langkah Anda selanjutnya adalah untuk mengubah gambaran kasar ini menjadi prototipe fungsional. Kami akan berbagi proses untuk membuat prototipe Anda sendiri di bawah ini:

1.      Membuat diagram rinci atau sketsa

Langkah pertama dalam menciptakan prototipe adalah untuk menciptakan sebuah konsep sketsa rinci atau diagram. Tujuan Anda harus menangkap ide sebanyak mungkin dengan cara visual yang Idealnya, Anda harus memiliki dua sketsa konsep. Sebuah sketsa desain yang menunjukkan bagaimana produk mungkin muncul setelah selesai Sebuah sketsa teknis yang menunjukkan dimensi produk, bahan, dan bekerja. Anda dapat menggunakan perangkat lunak untuk melakukan hal ini, tapi pena dan kertas kerja yang lebih baik. Anda bahkan dapat beralih ke pena dan kertas gambar-gambar ini ketika Anda mengajukan paten. Jangan ragu untuk bereksperimen dan menjadi kreatif dalam langkah ini. Kau jauh dari manufaktur pada saat ini; jangan takut untuk mencoba hal-hal baru.

2.      Membuat model 3D (optional)

Selanjutnya (optional) Langkah ini untuk mentransfer sketsa konsep Anda ke perangkat lunak pemodelan 3D. Ini akan membantu Anda (dan setiap pihak ketiga seperti investor atau mitra) memvisualisasikan produk yang lebih baik. Anda juga dapat menggunakan model ini untuk membuat salinan cetak 3D prototipe Anda. Manfaat lain dari model 3D adalah bahwa Anda dapat menggunakan aplikasi augmented reality seperti Augment.com untuk memvisualisasikan itu di dunia nyata. Ini bekerja sangat baik untuk menunjukkan ukuran, bentuk, dan desain sebuah ide produk. Hal ini dapat mahal untuk bisnis kecil yang belum diluncurkan belum, meskipun. Ada sejumlah alat yang dapat digunakan untuk membuat model 3D sederhana. Shapeways memiliki daftar yang baik dari kedua sumber informasi gratis dan berbayar.

Terkait: Bagaimana Menemukan Trending Produk Untuk Dijual Online

3.      Buat “bukti dari konsep”

Sekarang tiba bagian menyenangkan: benar-benar membangun ide produk. Bagaimana Anda membangun bukti pertama Anda dari konsep akan tergantung pada sejumlah hal. Jika Anda memiliki produk sederhana yang Anda sudah dimodelkan dalam perangkat lunak 3D, Anda hanya bisa mendapatkannya 3D dicetak untuk menciptakan “bukti dari konsep” Anda. Namun, jika Anda memiliki produk yang kompleks dengan sejumlah bagian mekanik atau elektronik, Anda harus berimprovisasi lebih keras. Ingat bahwa bukti dari konsep tidak harus terlihat baik atau bahkan menyerupai produk akhir. Ini hanya harus bekerja. Anda bahkan dapat menggunakan produk rumah tangga biasa untuk membuat model ini tahap awal. Untuk produk yang lebih kompleks, Anda mungkin harus mencari bantuan dari seorang tukang atau masinis.

4.      Buat prototipe pertama Anda

Bukti dari konsep menunjukkan bahwa produk Anda bekerja. Model 3D Anda menunjukkan apa yang mungkin terlihat seperti. Langkah Anda selanjutnya adalah untuk menggabungkan pelajaran dari bukti konsep dan model 3D untuk membuat prototipe pertama Anda. Ini harus menjadi model yang cukup rinci yang terlihat seperti produk akhir Anda dan memiliki fungsi yang sama. Itu tidak selalu mungkin untuk menciptakan detail pertama prototipe ini saja. Tergantung pada kompleksitas, Anda mungkin ingin mendapatkan bantuan dari masinis atau desainer prototipe khusus.

Anda dapat menggunakan direktori seperti Thomas Net dan Engineering.com untuk menemukan desainer prototipe.Thomas Net memiliki ribuan desainer prototipe dan produsen untuk memilih. Karena ini hanya prototipe pertama, Anda tidak perlu khawatir terlalu banyak tentang jenis bahan yang digunakan atau bahkan biaya. Tujuan Anda adalah untuk mendapatkan model kerja yang menyerupai produk akhir Anda.

 

5.      Membuat prototipe produksi-siap

Langkah terakhir sebelum Anda sampai ke manufaktur adalah untuk memangkas lemak dari prototipe pertama Anda dan mendapatkannya untuk negara produksi-siap. Ini pada dasarnya adalah proses biaya dan kelayakan analisis. Anda harus pergi melalui setiap bagian dari prototipe dan mencari cara untuk memotong biaya tanpa mengorbankan fungsionalitas. Pada waktu yang sama, Anda harus melihat cara untuk meningkatkan estetika produk atau daya tahan.

Misalnya, Anda mungkin mengganti bagian plastik yang sering digunakan dengan logam, dan bagian logam kecil-digunakan dengan plastik. Ini akan membantu Anda memotong biaya sambil tetap mempertahankan kualitas. Ini membantu untuk bekerja dengan produsen dan mencari tahu komponen betapa berbedanya dalam prototipe mungkin berdampak biaya dan kualitas. Anda juga harus melihat bahan baku yang berbeda dan melihat mana yang lebih menyenangkan estetis.

Tujuan Anda harus menemukan keseimbangan antara biaya dan kualitas tergantung pada target pelanggan Anda. Jika Anda menargetkan pembeli mewah, misalnya, kualitas akan lebih penting daripada biaya. Untuk pelanggan anggaran, itu akan menjadi sebaliknya. Setelah Anda memiliki prototipe produksi-siap, anda dapat menemukan produsen dan mulai menjual ide Anda ke dunia.